Jumat, 20 April 2012

Fakta mengejutkan seputar NASA


How About News-Space Shuttle atau pesawat luar angkasa yang biasa digunakan NASA dalam melakukan penelitian di luar angkasa merupakan salah satu kebanggaan Amerika Serikat. Pada awal pembuatannya, pesawat luar angkasa ini mempunyai nama resmi Space Transportation System (STS) atau lebih populer dengan sebutan NASA's Space Shuttle.

Menurut En.Wikipedia.org, Pesawat luar angkasa NASA ini mempunyai fungsi yang beragam, seperti mengantarkan astronot ke stasiun luar angkasa internasional, melakukan pemantauan, bahkan untuk misi perbaikan stasiun luar angkasa.

Kemarin (18/04), sebuah pesawat luar angkasa NASA yang telah menjalankan tugasnya selama lebih dari 15 tahun, akhirnya 'dipensiunkan' dan sekarang disimpan di Smithsonian National Air and Space Museum, Amerika Serikat. Seorang Jurnalis dari Spacefuture.com Carol Pinchefsky mengungkapkan bahwa ternyata sedikitnya beberapa hal yang belum diketahui publik seputar NASA dan Space Shuttlenya.

Setelah melakukan pembicaraan dengan salah seorang Executive Director dari Spacefrontier.org bernama Will Watson, Pinchefsky menyimpulkan bahwa NASA memang belum pernah mempublikasikan hal tersebut ke publik. Watson ungkapkan bahwa ada beberapa hal yang mengejutkan seputar pesawat luar angkasa NASA tersebut.

Beberapa astronot terbunuh dalam misi luar angkasa ketika menerbangkan pesawat luar angkasa
Pada tanggal 27 Januari 1967, Apollo 1: Kebakaran terjadi di dalam kapsul luar angkasa yang mengakibatkan meninggalnya tiga Astronot yang bernama Virgil I. Grissom, Edward H. White, dan Roger Chaffee.

Pada tanggal 23 – 24 April 1967, Soyus 1: Seorang Kosmonot Uni Soviet Vladimir M. Komarov terbunuh ketika parasut Soyus 1 tidak mengembang dan menghempaskan pesawat luar angkasa Uni Soviet tersebut ke bumi dari ketinggian kurang lebih 23 ribu kaki.

Pada tanggal 6 – 30 Juni 1971, Soyus 11: Tiga orang Kosmonot Uni Soviet Georgi T. Dolrovolsky, Vladislav N. Volkov, dan Viktor I. Patsayev, ditemukan tewas di dalam Soyus II ketika baru saja kembali dari luar angkasa.

Pada tahun 18 Juni 1980, USSR: Sebuah pesawat luar angkasa Uni Soviet meledak ketika sedang mengisi bahan bakar. Ledakan tersebut mengakibatkan sekitar 50 orang meninggal dunia di Plesetsk Space Center.

Pada tanggal 28 Januari 1986, Challenger: Sebuah pesawat luar angkasa NASA meledak 73 detik pintu pesawat tertutup. Ledakan tersebut membunuh enam astronot dan seorang partisipan yang pernah berprofesi sebagai guru sekolah. Menurut Infoplease.com, tujuh orang tersebut bernama Francis R. Scobee, Michael J. Smith, Judith A. Resnik, Ronald E. McNair, Ellison S. Onizuka, Gregory B. Jarvis dan Christa McAuliffe.

Pada tanggal 1 Februari 2003, Columbia: Kembali pesawat luar angkasa NASA meledak ketika memasuki atmosfir bumi. Ledakan tersebut membunuh tujuh orang awak yang bernama Rick D. Husband, William C. McCool, Michael P. Anderson, David M. Brown, Kalpana Chawla, Laurel Clark, dan seorang berkewarganegaraan Israel yaitu Ilan Ramon.

Menurut Forbes.com, dalam sejarah NASA, terdapat beberapa pesawat luar angkasa yang meledak baik itu ketika akan meluncur atau ketika kembali dari luar angkasa. NASA berhasil meraih sukses ketika mereka meluncurkan Mercury dan Gemini beberapa waktu silam. Tidak ada hambatan dan kegagalan dalam prosesnya. Uniknya, Cina sebagai salah satu negara yang juga berhasil mengemban misi luar angkasa tidak pernah mengalami kegagalan atau kecelakaan.

Biaya yang harus dikeluarkan untuk misi luar angkasa sangatlah mahal
Mungkin penelitian untuk mempelajari dinosaurus atau penelitian di bidang kesehatan masih dapat terjangkau untuk masalah biayanya, namun tidak untuk biaya misi, perawatan, akomodasi, dan segala hal seputar pesawat luar angkasa dan NASA. Space.com mengungkapkan suatu penelitian terbaru yang dilakukan pada bulan April 2011 lalu, pajak yang harus dibayar untuk satu kali misi sebesar USD 1.5 triliun. Sejak tahun 1971 sampai 2010 kemarin, NASA dan US Congress telah menghabiskan sekitar USD 192 triliun untuk menjalankan misi-misi tersebut.

Dari tahun 1982 sampai 2010 lalu, biaya operasional yang harus dikeluarkan NASA sebesar USD 1.2 triliun dan membengkak menjadi USD 1.5 triliun karena biaya perawatan peralatan dan pesawat luar angkasanya.

Menurut Forbes.com, salah satu alasan mengapa peluncuran pesawat luar angkasa NASA sangat mahal adalah dikarenakan peralatan seperti enxternal tank dan lainnya tidak dapat dipakai ulang dan harus diganti ketika akan melakukan peluncuran berikutnya. Peralatan-peralatan tersebut juga mempunyai harga satuan yang sangat mahal.

Pesawat luar angkasa NASA tidak pernah terbang setinggi dugaan orang
Menurut Ask.com, pesawat luar angkasa NASA hanya dirancang untuk terbang 600 mil saja. Hal tersebut juga diungkapkan oleh En.Wikipedia.org, jarak bumi dengan International Space Station (ISS) adalah 200 sampai 250 mil, sedangkan jarak bumi dengan Hubble Telescope hanya 350 mil. Hal tersebut sangatlah mungkin ditempuh oleh pesawat luar angkasa NASA. Namun, karena memang telah dirancang untuk terbang sejauh 600 mil saja, maka anggapan beberapa orang bahwa pesawat luar angkasa dapat sampai ke bulan, perlu diklarifikasi lagi. En.Wikipedia.org mencatat bahwa jarak antara bumi dan bulan adalah 238,000 mil, suatu jarak yang tidak mungkin dicapai oleh sebuah pesawat luar angkasa.

NASA kembangkan wisata luar angkasa
Sampai saat ini, banyak perusahaan yang berlomba-lomba untuk menciptakan suatu konsep bisnis untuk menekan biaya operasional misi angkasa luar. Mulai dari Virgin Galactic, Armadillo Aerospace, XCOR, Orbital Sciences, sampai perusahaan pembuat pesawat udara, Boeing, juga tampak serius dalam mengerjakan konsep ini.

Beberapa waktu lalu telah diperkenalkan satu konsep bisnis wisata ke luar angkasa yang diberi nama SpaceX. Rencananya, pada tanggal 30 April ini, SpaceX akan diluncurkan ke International Space Station (ISS) tanpa awak.

SpaceX atau juga yang dinamakan Dragron ini memang masih dalam tahap konsep. Menurut Forbes.com, kendaraan luar angkasa (SpaceX) dan pesawat luar angkasa adalah suatu hal yang berbeda.

Pesawat luar angkasa dan SpaceX mempunyai perbedaan dari sisi tujuannya. Pesawat luar angkasa diciptakan dengan tujuan penelitian dan berbalut misi luar angkasa, sedangkan SpaceX lebih terfokus pada sisi untuk mencari laba.

Menurut Wired.com, sampai saat ini, pengembang Dragon atau SpaceX masih terus melakukan berbagai macam pengujian agar SpaceX dapat terbang dan sesuai dengan harapan. Manajer program dari NASA Mike Sufferdini mengatakan, “SpaceX masih perlu mendapatkan beberapa pengujian dan verifikasi lagi, namun secara keseluruhan, kendaraan luar angkasa ini bisa dibilang sempurna.”.

merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar